Sabtu, 30 Maret 2013
LUMPUR LAPINDO
FENOMENA DI INDONESIA
BANJIR LUMPUR PANAS PT.LAPINDO,SIDOARJO JAWA TIMUR
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau lebih dikenal sebagai bencana Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Penyebabnya adalah pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo dengan memakai jasa kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara. Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu gamping). Sumur tersebut akan dipasang selubung bor (casing ) yang ukurannya bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung. Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici). Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat porous (bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik) atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.
Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil & kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri.
Dampak yang diakibat dari peristiwa banjir lumur lapindo ini sangatlah luar biasa, yaitu lebih dari15 kecamatandi Sidoarjo tergenang oleh lumpur ini, pabrik-pabrik berhenti beroperasi karena lumpur telah menenggelamkan tempat kerja mereka,sekolah-sekolah tidak berfungsi lagi sehingga mereka harus belajar ditenda pengungsian atau rekomendasike sekolah lainnya, rumah-rumah yang terendam lumpur ,sawah lading dan lahan ternak mereka semua luluh lantah akibat dari lumpur yang meluap ini. Serta masih banyak lagi akibat yang ditimbulkan dari peristiwa ini. Telah banyak upaya pencegahan yang dilakukan dari membuat tanggul agar lumpur tidak meluap semakin luas dan lain-lainnya namun lumpur semakin hari semakin besar semburannya sehingga ada beberapa tanggul yang jebol. Pemerintah sudah menetapkan beberapa tersangka yang terlibat dalam pengeboran ini,namun pemerintah seperti tidak serius dalam menangani kasus tersebut. Sampai saat ini warga korban lumpur lapindo masih mempertanyakan upaya apa yang selanjutnya pemerintah lakukan agar mereka mendapatkan ganti rugi yang setimpal dengan kerugian yang mereka dapatkan.
sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar